Pemerintah akan menaikkan anggaran Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) untuk revitalsiasi program kependudukan dan
keluarga berencana (KB) menjadi Rp2,8 triliun pada 2014 atau naik Rp200
miliar dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp2,6 triliun.
Ada
sepuluh provinsi yang menjadi perhatian khusus karena memiliki problema
kependudukan yang berat dengan jumlah penduduk lebih dari 7 juta jiwa,
yaitu Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa
Tengah Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Kalimantan
Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Selain itu ada tiga provinsi lagi yang
mempunyai TFR (total fertility rate) tinggi yaitu Povinsi DKI Jakarta,
Papua, dan Papua Barat.
“Kita harus bisa menekan total kelahiran
penduduk. Oleh karena itu, pelayanan KB harus ditingkatkan secara merata
di seluruh tanah air. Tetapi kita fokus pada prioritas sasaran di 10
provinsi dan 3 provinsi penyangga itu,” kata Kepala BKKBN Prof dr Fasli
Jalal, usai membuka acara Temu Pengelola Kependudukan dan KB Teladan
tingkat Nasional 2013 di Marlyn Park Hotel, Jakarta, Jumat (16/8) malam.
Pihaknya
akan mendorong penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD,
implat, vasektomi (MOP/metode operasi pria), dan tubektomi (MOW/metode
operasi wanita). Selain mencukupi kebutuhan alat kontrasepsi sampai di
fasilitas pelayanan KB, pihaknya juga memastikan bahwa masyarakat mudah
mengakses fasilitas pelayanan KB tersebut.
“Kami mendorong
penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang, karena masyarakat kita
masih kurang disiplin. Tetapi masyarakat masih banyak yang memilih
menggunakan alat kontrasepsi jangka pendek seperti pil dan suntik. Ini
yang memiliki risiko kegagalan lebih tinggi,” kata Fasli.
Untuk
meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, BKKBN akan
menggerakkan semua lini termasuk SKPD-SKPD yang ada di Pemda. Mereka
diharapkan memberikan dukungan program KB dan kependudukan antara lain
melalui pembinaan kader KB dibawah SKPD yang ada serta program
sosialisasi KB disemua unit. “Targetnya penggunaan alat kontrasepsi
jangka panjang yang saat ini baru 15 persen bisa ditingkatkan minimal
menjadi 17,5 persen pada akhir 2014,” ujarnya.
Selain Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) para kader KB di lapangan sangat
mendukung tercapainya sasaran program KB. Untuk itu, Kepala BKKBN
memberikan penghargaan atas loyalitas para pelaksana program KB di lini
lapangan. Antara lain mengundang para teladan untuk mengikuti acara Hari
Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2013 di Istana Negara.
Kegiatan ini
bertujuan untuk meningkatkan semangat, kebanggaan dan penghargaan atas
kerja keras dan pengabdiannya terhadap program Kependudukan dan KB dalam
mencapai perwujudan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera, meningkatnya
kinerja para pengelola program KKB teladan dalam pengelolaan program
Kependudukandan KB di lapangan.
Sementara itu, dalam pertemuan
Pengelola Program KKB Teladan Tingkat Nasional dihadiri oleh sekitar
2.000 PLKB dan kader KB seperti Institusi Masyarakat Pedesaan dan
Pasangan KB Lestari TeladanUtama Tingkat Provonsi, BidanPuskesmas yang
melakukanpelayanan KB-MKJP, Dokter dan Bidan Swasta, KB Perusahaan, dan
Motivator KB Mandiri, Remaja dan Generasi Muda pendukung program KKB
Teladan, Kader BKR, BKB BKL, PPKS terbaik, PengelolaKelompok UPPKS
terbaik, Para Juara Keluarga Harmonis dari seluruh provinsi. sumber@bkkbn
Senin, 19 Agustus 2013
Kamis, 25 Juli 2013
5 Jenjang Usia Anak & Gadget yang Sesuai
Sering melihat bayi memegang iPad, atau anak balita
bermain smartphone? Agak janggal memang. Namun itulah yang banyak terjadi kini.
Sebenarnya, adakah aturan main dari sisi usia tentang gadget apa yang pas buat
seseorang? Apakah anak-anak sudah pantas memainkan gadget canggih yang biasa
dipakai orang dewasa?
Berikut ada bocoran yang bisa diintip oleh para orang
tua mengenai jenis teknologi dan gadget apa saja yang pas buat anak-anak,
sesuai dengan usia mereka:
1. Bayi dan balita
Usia ini sangat tertarik dengan suara dan sinar, maka
jangan heran mereka senang jika ada ponsel atau tablet PC di dekatnya. Tapi
mereka juga punya keterbatasan fisik. Terekspos suatu cahaya terlalu lama,
termasuk cahaya dari layar komputer, berdampak negatif pada pengelihatan bayi
dan anak balita. Batasilah waktu bermain mereka dengan produk elektronik
seperti TV. Bahkan radiasi ponsel juga sebaiknya diminimalis. Disarankan orang
tua jangan terlalu sering bermain ponsel dan tablet PC di dekat anak usia
balita dan bayi. Usia ini hanya pas dengan permainan berenergi baterai, itu pun
yang benar-benar aman.
2. Pra sekolah dan Taman Kanak-kanak
Anak usia ini sudah mulai pandai memainkan gestur
jarinya, sehingga sangat tertarik dengan tablet PC dan gadget touchscreen lain.
Respon layar sentuh memang menyenangkan mereka. Tapi mereka tetap butuh
pengalaman memegang pensil, kertas, buku, aneka permainan dengan gunting, dan
benda real lain, sebagai bagian dari proses belajar. Gadget elektronik edukasi
bisa sebagai pendukung sarana belajar saja. Usia ini bisa mencoba tablet
khusus anak seperti LeapFrog LeapPad 2 atau VTech InnoTab 2. Bisa juga
dikenalkan dengan eReader seperti Franklin AnyBook Reader atauLeapFrog Tag
Reader.
3. Awal Sekolah Dasar
Di usia ini anak-anak mulai siap dengan teknologi yang
lebih serius. Mereka bisa mulai memakai iPad, PC, netbook, dan laptop. Yang
patut diperhatikan adalah konten yang sesuai dengan usianya. Internet juga
harus dibatasi, agar tidak menganggu waktu belajar dan bermain mereka di dunia
nyata. Mulai edukasi mereka dengan cara-cara menjaga privasi, keamanan, dan
etika berinternet. Mereka mulai bisa diberi sedikit keleluasaan bermain games
sesuai dengan rating usianya, dan pakailah browser khusus anak-anak seperti
Kidzui atau KIDO’Z.
4. Jelang remaja
Usia ini sudah berhak memiliki akun Facebook dan
ponselnya sendiri, terutama yang berusia di atas 13 tahun. Mereka juga sudah
pantas memiliki tablet PC dan PC atau laptop sendiri. Jangan lupa untuk
menginsal filter internet seperti Mobicip atau K9 Internet Protection untuk
memblokir konten yang tidak sesuai. Walau sudah boleh bermain games dan
berinternet serta memiliki privasi untuk itu, tetap usahakan untuk membatasi
waktunya.
5. Remaja
Usia ini jelas sudah berhak memiliki semua perangkat
elektroniknya sendiri. Baik itu ponsel, tablet, laptop, PC, konsol games, dan
sejenisnya. Mereka juga membutuhkan lebih banyak kebebasan untuk berselancar di
internet. Tetap monitor semua perilaku online-nya, sebab ancaman cybercrime dan
cyberbully tetap ada.
sumber@menegpp
Kamis, 18 Juli 2013
RAKOR PNPM MPD
RAPAT KOORDINASI PROVINSI JAWA BARAT PNPM MPD dilaksanakan pada 17 s/d 20 Juli 2013 bertempat di Hotel Taman Sari Kabupaten Sukabumi
BKKBN INTENSIFKAN PROGRAM KKB PADA GENERASI MUDA
Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN) terus mengintensifkan sosialisasi dan
advokasi bidang kependudukan dan keluarga berencana (KKB) nasional
kepada generasi muda.
Kita juga akan meningkatkan kampanye soal kependudukan dan keluarga berencana melalui pos pemberdayaan masyarakat atau posdaya,"
"Sasaran besar kita adalah generasi
muda," kata Kepala BKKBN Fasli Jalal di sela Rapat Penyusunan Regulasi
di Kantor BKKBN di Jakarta, Senin.
Dia mengatakan anak-anak muda harus
diberikan pemahaman mengenai penundaan usia perkawinan, waktu kehamilan
hingga tumbuh kembang balita.
Fasli juga menjelaskan hampir sebagian besar generasi muda di Tanah Air berada dalam institusi pendidikan.
Oleh karena itu, BKKBN akan mendorong
pihak sekolah dan tenaga pengajar untuk menyosialisasikan mengenai
program kependudukan dan keluarga berencana kepada para pelajar.
Selain itu, BKKBN akan mendorong pusat
informasi dan konseling di sekolah-sekolah untuk meningkatkan
sosialisasi kepada para pelajar.
Selain itu, kata Fasli Jalal, BKKBN akan
menyosialisasikan program kependudukan dan keluarga berencana melalui
pos pemberdayaan masyarakat.
Rabu, 17 Juli 2013
MENIKAH DINI BERISIKO PUNYA ANAK KUNTET
Menikah di usia dini bagi perempuan
berisiko mengalami berbagai gangguan kesehatan karena organ tubuh
terutama yang berkaitan dengan alat reproduksi. Bahkan, anak yang
dilahirkannya pun sangat besar kemungkinan lahir dengan berat badan
rendah dan berisiko tubuh pendek atau stunting (kuntet).
Menurut Deputi Bidang Keluarga Berencana
dan Kesehatan Reproduksi BKKBN dr Julianto Witjaksono, SpOG, risiko itu
akibat fisik perempuan khususnya alat reproduksi yang belum siap
mengalami kehamilan. Misalnya, panggulnya masih kecil, rahimnya belum
siap. Ditambah lagi, mental yang masih labil. Semua faktor itu bisa
mengakibatkan bayi dalam kandungannya kurang gizi.
Saat ini, di Indonesia, ada sekitar 45
persen perempuan menikah di bawah usia 20 tahun. Sebanyak 4,2 persen
menikah pada usia 10-14 tahun, dan 41,8 persen menikah pada usia 15-19
tahun. “Anak stunting ini lebih banyak lahir dari ibu yang hamil di
bawah usia 20 tahun. Anak stunting itu tubuhnya pendek, kecil, dan
ukuran otak kecil. Risikonya mudah kena penyakit jantung dan pembuluh
darah,” kata Julianto di Jakarta, Senin (1/7).
Julianto mengatakan hal yang sama di
hadapan para bidan dan mahasiswa kebidanan saat Seminar Nasional
Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Bidan Praktik Mandiri dalam
Program KB Nasional', dalam rangka Hari Keluarga XX Tingkat Nasional, di
Universitas Haluoleo, Kendari, Kamis (27/6/2013). “Ini harus menjadi
perhatian kita,” ujarnya.
Oleh karena itu, BKKBN gencar
mengkampanyekan program Genre untuk mendewasakan usia perkawinan. Di
Senegal, kata Julianto, jika ada pasangan remaja yang menikah sebelum
usia 20 tahun akan dissiarkan di televisi, di koran. Tujuannya, supaya
masyarakat jadi tahu semua dan secara bersama-sama berupaya menurunkan
pernikahan dini.
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Bidan
Indonesia (PD IBI) Sulawesi Tenggara Janita mengatakan, dirinya sering
menemui perempuan yang hamil di bawah usia 20 tahun. Umumnya, saat
melahirkan, mentalnya belum siap. “Dia sering mengeluh karena kan saat
hamil memang tubuh kita berubah sehingga sering tidak nyaman. Kalau
belum matang mentalnya ya pasti kurang mensyukuri,” kata Janita.
Langganan:
Postingan (Atom)